KISAH HIDUP SEORANG MUSAFIR
Shohih Bukhori halaman 1599 pada Kitab ke-81 Ar Riqoq (tentang etika), Bab ke-3 yakni Sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam :
“Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang yang asing atau seorang musafir!” hadits nomor 6416.
Telah berkata kepada kami ‘Ali bin ‘Abdillah, telah berkata kepada
kami Muhammad bin ‘Abdirrohman (yakni) Abul Mundzir Ath Thofawiy dari
Sulaiman Al A’masy ia berkata : Telah berkata kepada kami Mujahid dari
‘Abdullah bin ‘Umar rodhiAllohu ‘anhuma ia berkata :
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang yang asing atau seorang musafir!”
Dan berkata Ibnu ‘Umar : “Jika engkau
berada di sore hari janganlah menunggu datangnya pagi hari. Jika engkau
berada di pagi hari janganlah menunggu datangnya sore hari. Gunakanlah
waktu sehatmu untuk waktu sakitmu, dan gunakanlah waktu hidupmu untuk
matimu!”
================
Kisah Pertama :
Sebagian dari kita mungkin ada yang bekerja
mengadu nasib mencari nafkah di luar kota atau bahkan di luar negeri
sebagai pendatang yang mana kota atau negeri tersebut jauh dari
kota/negeri asal. Katakanlah misalnya si A sebagai pekerja Indonesia
yang menjadi ekspatriat/tenaga asing di negeri Malaysia.
Si A ini telah mengetahui dengan yakin
bahwasanya tujuan dia bekerja di Malaysia sebagai tenaga asing hanyalah
sementara dan hanya dalam rangka mencari nafkah yang cukup guna memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari dan juga kebutuhan hidupnya kelak di
masa tua. Ia telah memiliki sebuah rencana bahwasanya kelak saat masa
tua telah datang menghampirinya, ia akan kembali ke negeri asalnya yakni
Indonesia guna menikmati masa tuanya bersama dengan keluarganya.
Maka si A pun bekerja dengan sangat giatnya
karena ia mengetahui dengan pasti bahwasanya jika ia bekerja dengan
malas-malasan, maka pasti nafkah yang akan dia peroleh akan sedikit atau
bahkan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari ataupun
kebutuhan hidupnya kelak di masa tua. Tidak lupa pula ia rajin
menyisihkan sebagian besar nafkah/uang yang ia peroleh untuk persiapan
tabungannya di hari tua. Ia telah mengetahui dengan pasti bahwa jika ia
bersenang-senang di negeri orang yang asing baginya dan senang
menghambur-hamburkan waktu dan uangnya, maka kelak ia tidak akan
memiliki bekal yang cukup guna kembali ke negeri asalnya di Indonesia
dan guna menikmati kehidupan masa tuanya.
Si A ini pun telah banyak melihat contoh
nyata yang terjadi pada teman-temannya yang juga merupakan
ekspatriat/tenaga asing Indonesia yang mencari nafkah di negeri orang
yang serba asing bagi mereka, yang mana mereka adalah orang-orang yang
suka bermalas-malasan dalam bekerja. Ia telah melihat dengan mata kepala
sendiri bahwasanya teman-temannya yang malas bekerja tersebut pada masa
tuanya justru hidupnya serba sulit atau bahkan sama sekali tidak bisa
menikmati hidupnya di masa tua karena bekal yang tidak cukup atau bahkan
kehabisan bekal. Demikian pula kondisi teman-temannya yang terlena
dengan segala fasilitas yang ada di negeri asing tersebut yang membuat
mereka menghambur-hamburkan waktu dan uangnya yang justru membuat mereka
kehabisan bekal pulang atau bekal di masa tua mereka.
Karena si A telah mengetahui bahwasanya ia
harus menyiapkan bekal yang cukup untuk bisa kembali ke negeri asalnya
di Indonesia dan untuk bekal di masa tuanya kelak, maka ia pun hidup di
negeri asing tersebut dengan seperlunya saja. Tidak mempersulit dirinya
yang bisa mengakibatkan kehancuran dirinya, dan tidak pula
berlebih-lebihan yang membuat dirinya terlena dari tujuannya semula.
Segala fasilitas yang sedap di pandangan mata dan hatinya, justru hanya
ia pergunakan seperlunya saja dalam rangka ia tetap bisa bertahan hidup
guna tetap bisa bekerja mengumpulkan bekalnya kelak.
Setelah sekian lama ia bekerja di negeri
asing tersebut, datanglah waktu yang mengharuskan ia kembali ke negeri
asalnya di Indonesia. Ia pun harus meninggalkan negeri asing yang
memiliki sekian banyak fasilitas tersebut yang merupakan tempat ia
mencari nafkah guna bekal kehidupan masa tuanya.
Kembalilah ia ke negeri asalnya di
Indonesia. Karena selama ini ia telah rajin menyiapkan bekal untuk
kembali ke negeri asalnya, maka ia pun bisa kembali dengan selamat
sampai di Indonesia. Dan juga karena selama ia bekerja di negeri asing
tersebut ia telah menyiapkan bekal masa tuanya dengan cukup, maka ia pun
bisa dengan tenang dan nyaman menikmati kehidupan masa tuanya bersama
dengan keluarga tercintanya. Rumah megah telah ia bangun beserta
perabotannya yang mewah, mobil pun telah ia miliki, sawah ladang yang
indah dan luas telah ia miliki, dan segala fasilitas telah ia miliki
disebabkan selama ia bekerja di negeri asing tersebut ia telah bersusah
payah menyiapkan semua hal tersebut.
Maka berbahagialah si A tersebut di masa tuanya bersama dengan keluarga yang ia cintai.
Kisah Kedua :
Beberapa waktu yang lalu, telah kita lewati
masa liburan anak-anak sekolah. Sebagian dari kita bisa jadi
memanfaatkan waktu tersebut dengan mengambil cuti/liburan guna berlibur
bersama keluarganya masing-masing. Ada yang berlibur ke tempat rekreasi
yang dekat dengan kota tempat tinggalnya, dan ada pula yang berlibur
dengan mengunjungi keluarga/kerabat yang berada di luar kota dengan
melakukan safar/perjalanan jauh.
Tatkala rencana keberangkatan telah
ditentukan, mulailah rombongan keluarga tersebut (yang biasanya dipimpin
di bawah kendali seorang ayah/suami sebagai kepala rumah tangga)
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan guna menghadapi perjalanan
jauh yang akan mereka lalui bersama tersebut sejak jauh-jauh hari
sebelum keberangkatan dengan rencana yang matang.
Sang Ayah mulai menyiapkan akomodasi
keberangkatan. Jika menggunakan mobil pribadi, maka sang Ayah pun mulai
mengecek kondisi mobil yang akan mereka gunakan. Bahkan bila perlu,
mobil tersebut ia bawa ke bengkel untuk dicek seluruh kondisinya agar
selama perjalanan bisa dilalui dengan lancar. Demikian pula dengan
kondisi bahan bakar dan lainnya. Tak ketinggalan pula, tatkala sang Ayah
berencana melewati jalur/rute perjalanan yang baru, maka sang Ayah pun
berusaha mengumpulkan sekian banyak data agar mereka tidak tersesat
selama dalam perjalanan nantinya. Peta perjalanan, GPS, bertanya-tanya
kepada teman tentang kondisi rute yang akan dilalui, dan semisalnya pun
dilakukan sang Ayah demi perjalanan yang lancar dan selamat sampai
tujuan.
Sang Ibu tak pula ketinggalam menyiapkan
perbekalan selama perjalanan dan perbekalan selama tinggal di tempat
tujuan yang akan dituju oleh keluarga mereka. Mulailah sang Ibu membuat
daftar makanan, minuman, peralatan mandi, pakaian, dan lainnya agar
kelak perjalanan tersebut diharapkan bisa menjadi sebuah perjalanan yang
menyenangkan bagi seluruh anggota keluarganya.
Sang Anak pun ternyata tak ketinggalan pula
ikut menyiapkan bekal-bekal yang akan ia bawa. Mainan yang besar dan
yang kecil ia siapkan untuk dibawa. Akan tetapi, sebagaimana anak-anak
yang belum mengetahui barang-barang apa saja yang boleh ia bawa dan mana
yang tidak perlu dibawa, maka sang Ayah dan Ibu pun mulai memberi tahu
kepada si anak agar mainan-mainan yang berukuran besar untuk tidak
dibawa karena akan menyusahkan di perjalanan dan menghabiskan tempat di
bagasi.
Datanglah hari keberangkatan yang
dinanti-nanti. Berangkatlah mereka sekeluarga menuju kota yang akan
dituju dengan melalui rute baru yang telah dipelajari dengan seksama
oleh sang Ayah sebagai pimpinan rombongan yang merangkap sebagai supir.
Setelah beberapa jam melakukan perjalanan,
mereka pun memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah SPBU yang
sangat lengkap dan nyaman. Di SPBU ini, selain tersedia stasiun
pengisian bahan bakar, ternyata menyediakan pula restoran yang makanan
dan minumannya lezat dan murah. Tidak lupa pula, tempat bermain untuk
anak-anak pun disediakan pula oleh pihak SPBU tersebut. Lebih dari itu,
terdapat pula sebuah tempat peristirahatan bagi orang-orang yang singgah
secara gratis dengan suasana dan fasilitas yang sangat indah dan nyaman
seperti taman, kolam ikan, ruang parkir yang luas, toilet dan kamar
mandi yang bersih dan wangi, dan lain sebagainya. Sungguh, SPBU tersebut
telah membuat setiap orang yang singgah seolah-olah ingin untuk
berlama-lama tinggal di sana.
Setelah cukup mereka beristirahat sejenak,
sang Ayah pun mengajak rombongan keluarganya untuk kembali melanjutkan
perjalanan mereka ke tujuan semula. Mereka menyadari bahwasanya
seberapapun bagus dan nyamannya SPBU tersebut, bukan itu tempat yang
hendak mereka tuju. Tempat yang hendak mereka tuju adalah rumah sang
Kakek dan Nenek yang telah merindukan mereka, yang di sana pun tempatnya
jauh lebih indah dan nyaman daripada SPBU tersebut. Mereka juga
menyadari bahwasanya semakin lama mereka “terlena” dengan segala
fasilitas yang ada di SPBU tersebut, maka akan semakin lama pula mereka
sampai ke tujuan semula. Bahkan, bisa jadi pula tenaga mereka akan habis
karena telah dihabiskan untuk bermain-main di fasilitas yang ada di
SPBU tersebut sehingga mereka tidak bisa lagi melanjutkan perjalanan
mereka semula.
Demikianlah, tidak lama kemudian sampailah
mereka di tujuan akhir perjalanannya yakni rumah sang Kake dan Nenek
tercinta yang mana tempat ini jauh lebih indah dan nyaman bagi mereka,
tempat mereka bisa saling bercengkerama melepaskan rindu satu sama
lainnya.
=================
Wahai Saudaraku, jika demikian keadaan
seorang yang asing atau seorang musafir tatkala hidup di dunia, maka
bagaimana pula dengan kehidupan seorang hamba di dunia ini yang akan
menuju kehidupan abadi di akhirat kelak ??? Sudahkah kita semua
menyiapkan perbekalan yang akan menentukan nasib kita di akhirat kelak
???
Wahai Saudaraku, jika seseorang yang asing
di negeri orang lain yang kehabisan bekal tatkala di dunia maka ia masih
bisa berusaha untuk minta tolong atau meminjam bekal kepada orang lain
yang mau membantunya untuk bisa kembali ke negeri asalnya. Demikian pula
jika seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan atau tersesat
tidak tahu arah tatkala masih di dunia, maka ia bisa untuk meminta
bantuan orang lain yang bisa membantunya memberikan bekal atau
menunjukkan jalan yang benar sehingga ia tetap bisa sampai di tujuannya
semula.
Wahai Saudaraku, sekarang cobalah engkau
bayangkan jika hal di atas tersebut terjadi tatkala engkau sudah berada
di alam kubur. Masih adakah kemungkinan bagimu untuk meminta bantuan
kepada orang lain atau dikembalikan ke alam dunia ???
Surat Al Hadid ayat ke-20 :
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا
لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى
ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ
نَبَاتُهُ ۥ ثُمَّ يَہِيجُ فَتَرَٮٰهُ مُصۡفَرًّ۬ا ثُمَّ يَكُونُ
حُطَـٰمً۬اۖ وَفِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ۬ شَدِيدٌ۬ وَمَغۡفِرَةٌ۬ مِّنَ
ٱللَّهِ وَرِضۡوَٲنٌ۬ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ
ٱلۡغُرُورِ
Ketahuilah oleh kalian (wahai manusia),
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu hal
yang melalaikan. Perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi
kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat [nanti] ada ‘adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridho-an Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.
Semoga bermanfaat.